
Oleh
Syamsul Arifin M.Pd
(Pelaksana harian Yayasan Pesantren Anak Yatim Al-bisri)
Latar belakang
Dengan didasari rasa kekecewaan dan juga rasa tidak puas atau bahkan boleh dibilang sebagai bentuk protes dari masyarakat yang kurang puas atas kinerja para pejabat pemerintahan, dan ada juga masyarakat yang memang secara terang-terangan tidak mau menggunakan hak pilihnya dengan alasan lebih memilih untuk melakukan rutinitas untuk mencari uang dari pada meluangkan waktu untuk datang ke TPS menggunakan hak pilihnya.
Dari berbagai faktor tersebut banyak masyarakat Indonesia lebih memilih untuk golput dari pada harus berbondong -bondong pergi ke TPS, sehingga golput pun menjadi slogan bagi masyrakat luas di indonesia. Sebuah data statistik kompas menyebutkan bahwa pemilu 1999, partisipasi masyarakat 92,74 % , lalu pada pemilu 2004 turun menjadi 84,07 % dan pemilu 2009 turun menjadi 70,06%, dan pada tahun 2014 masih banyak masyarakat yang golput, dengan masih banyaknya angka golput yang ada di masyarakat sampai saat ini dibutuhkan sebuah solusi untuk mengatasi hal tersebut.
Gagasan yang memuat sebuah ide tentang kupon berhadiah diharapkan menjadi daya tarik bagi pemilih untuk ikut berpartisipasi dalam sebuah pemilu.
Maka dari itu penulis berfikir dan akhinya mendapatkan sebuah gagasan yang berjudul kupon berhadiah sebagai sarana mengurangi angka golput pada pemilu. Penulis memiliki harapan supaya masyarakat yang golput mau menggunakan hak suaranya untuk menentukan seorang pemimpin bagi kebaikan bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Continue reading